Pengaruh Monsun terhadap Karakteristik Massa Air di Selat Malaka

20:00
Lalu lintas kapal di Selat Malaka yang sangat padat
Sumber: https://www.marinevesseltraffic.com/MALACCA-STRAIT/ship-traffic-tracker

Selat Malaka dikenal sebagai jalur perairan tersibuk kedua setelah Kanal Inggris yang tiap harinya dilalui oleh 600 kapal mulai dari kapal nelayan tradisional, kapal penangkap ikan, feri, kapal tanker hingga kapal kontainer yang membawa kargo dalam jumlah besar. Selat Malaka menghubungkan beberapa perairan: Laut China Selatan, Laut Andaman, Samudera Pasifik dan Samudera Hindia sekaligus menjadi rute terpendek antara Samudera Pasifik dengan Samudera Hindia, menjadikan selat ini sebagai salah satu jalur pelayaran terpenting di dunia. Selain itu, Selat Malaka juga menjadi batas dari empat negara yaitu Indonesia, Malaysia, Singapura dan Thailand.

Selat Malaka terbentang sepanjang 890 km diantara Semenanjung Malaysia dan Pulau Sumatra. Semakin ke selatan, kedalaman selat berkurang dan selat semakin menyempit. Setiap tahunnya, debit air dari 14 sungai di Sumatra dan 12 sungai dari pantai barat Semenanjung Malaysia memasuki Selat Malaka.

Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, Selat Malaka merupakan penghubung antara beberapa perairan. Hal ini menjadi faktor penting yang mempengaruhi interaksi dan transpor massa air dari beberapa perairan tersebut. Karena di wilayah Asia Tenggara terdapat angin monsun, pergerakan massa air yang disebabkan oleh angin juga berlaku di perairan ini. Pang dan Tkalich (2003) menyebutkan bahwa selama monsun timur laut terdapat air dari Laut China Selatan yang memasuki bagian selatan Selat Malaka. Ibrahim dan Yanagi (2006) juga menjelaskan adanya massa air dari Laut Andaman yang memasuki bagian utara Selat Malaka sepanjang monsun barat daya. Pergerakan massa air ini mempengaruhi sifat fisik air laut seperti salinitas, suhu dan kadar oksigen terlarut di perairan tersebut.
Pergerakan angin monsun di Selat Malaka
Sumber: https://scialert.net/abstract/?doi=rjes.2011.49.58

Sifat massa air di Selat Malaka dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu debit sungai dan angin monsun. Manurut (Chua et al., 2000), secara vertikal terdapat stratifikasi di perairan Selat Malaka dengan air hangat berada di permukaan. Pada periode monsun barat daya, kondisi perairan yang hangat dan tenang menyebabkan lapisan menjadi lebih tahan terhadap pencampuran oleh angin permukaan. Ketika periode monsun timur laut, suhu air menurun dan bersamaan dengan tingginya curah hujan terjadi pergerakan yang lebih besar pada permukaan air karena adanya gelombang dan angin kencang sehingga lapisan air cenderung tercampur dan stratifikasi menjadi kurang stabil.

Referensi:
Abd Muhaimin Amiruddin, Zelina Zaiton Ibrahim dan Syazwan Aizat Ismail, 2011. Water Mass Characteristics in the Strait of Malacca using Ocean Data View. Research Journal of Environmental Sciences, 5: 49-58.

Chua, T.E., S.A. Ross dan H. Yu, 1997. Malacca Straits Environmental Profile. MPP-EAS Technical Report 10. IMO., Quezon City, Philipines, pp: 259.

Ibrahim, Z.Z. dan T. Yanagi, 2006. The Influence of the Andaman Sea and the South China Sea on Water Mass in the Malacca Strait. Mer, 43: 33-42.

Pang, W.C. dan P. Tkalich, 2003. Modeling Tidal and Monsoon Driven Currents in the Singapore Strait. Singapore Maritime Port J., 2003: 151-162.

1 comment:

  1. Bagus artikelnya.. tapi seperti belum selesai ini pembahasannya?

    ReplyDelete

Powered by Blogger.